SELAMAT DATANG DI BLOG KOMUNITAS IT DCC LAMPUNG

Kabel Straight dan Kabel Cross

Banyak lulusan TI Indonesia yang kemarin di rendahkan (dilecehkan) ketika melamar pekerjaan hanya karena tidak menguasai dasar-dasar jenis per-kabelan. ini sampai sempat membuat beberapa orang panas. Panasnya kenapa? ada yang memang tidak tau menau tapi hanya ikutan ada yang begini-begitu tapi ternyata ada saja alasannya, kenapa kita harus teriak omong kosong kalau tidak mau menerima kritik dan belajar.

Memang umum-nya lulusan TI jaman sekarang ini saya rasa belum siap untuk bekerja di bidangnya. Karena teknologi yang selalu berkembang sehingga terkadang beberapa lulusan TI ini merasa “mampu” padahal sebenarnya pemahaman dasar-nya dia tidak punya. Kurikulum yang di kembangkan kampus juga terkadang tidak relevan dengan realita yang ada di lapangan. Sehingga rasanya terkesan lebih pandai orang yang terbiasa menggunakan dan ber-eksperimen di bandingkan dengan orang yang hanya membahas teori.

Dalam artikel ini akan saya berikan sedikit penjelasan tentang jenis-jenis per-kabelan, mudah-mudahan bisa membuka wawasan dan membantu beberapa orang yang memang benar-benar BUTA.

Peralatan dan media yang di butuhkan:

Kabel UTP

Konektor RJ45
Tang Crimping
LAN Tester

Gunting




Berikut diagram kabel straight :
     Urutan Ujung A

  1. Putih Orange
  2. Orange
  3. Putih Hijau
  4. Biru
  5. Putih Biru
  6. Hijau
  7. Putih Coklat
  8. Coklat



     Urutan Ujung B

  1. Putih Orange
  2. Orange
  3. Putih Hijau
  4. Biru
  5. Putih Biru
  6. Hijau
  7. Putih Coklat
  8. Coklat


Kegunaan:

Menghubungkan PC dengan HUB/Switch.

Diagram Kabel Cross




      Urutan Ujung A

  1. Putih Orange
  2. Orange
  3. Putih Hijau
  4. Biru
  5. Putih Biru
  6. Hijau
  7. Putih Coklat
  8. Coklat


Urutan Ujung B
  1. Putih Hijau
  2. Hijau
  3. Putih Orange
  4. Biru
  5. Putih Biru
  6. Orange
  7. Putih Coklat
  8. Coklat
    Kegunaan: 
     Menghubungkan PC ke PC langsung tanpa HUB/Switch. 
    Menghubungkan HUB/Swicth dengan HUB/Switch.
     Kita akan coba membuat kabel straight, pertama kupas-lah pelindung luar kabel UTP lalu atur agar lurus kabel-kabel didalamnya. Urutkan posisinya berdasarkan diagram diatas. Potong ujung kabel dengan gunting agar rata. Masukkan kedalam konektor RJ-45 lalu di crimping dengan tang crimping. Ikuti caranya untuk ujung kedua sama dengan langkah pertama. Masukkan ujung kedua kabel kedalam LAN-tester lalu periksa, jika semua lampu 1-8 terhubung maka kabel ini sudah siap kita pakai. 
     Untuk kabel cross juga sama seperti langkah diatas, hanya bedanya harap perhatikan salah satu ujung yang berbeda. Adapun standard per-kabelan ini yang dijaminkan adalah kurang lebh 100 meter, diatas 100 meter kemungkinan akan mengalami loss. 
    Jika ada yang bertanya bagaimana membedakan kabel straight dan kabel cross? Sebenarnya mudah saja, perhatikan ujung dari kedua kabel tersebut lihat diagram-nya bila yang pertama adalah putih orange lalu kedua putih orange juga sudah pasti itu kabel straight, sedangkan kabel cross salah satu ujungnya dimulai dengan putih hijau.
Read more...

Apa itu Linux


Linux  adalah nama yang diberikan kepada sistem operasi komputer bertipe Unix. Linux merupakan salah satu contoh hasil pengembangan perangkat lunak bebas dan sumber terbuka utama. Seperti perangkat lunak bebas dan sumber terbuka lainnya pada umumnya, kode sumber Linux dapat dimodifikasi, digunakan dan didistribusikan kembali secara bebas oleh siapa saja.
Nama "Linux" berasal dari nama pembuatnya, yang diperkenalkan tahun 1991 oleh Linus Torvalds. Sistemnya, peralatan sistem dan pustakanya umumnya berasal dari sistem operasi GNU, yang diumumkan tahun 1983 oleh Richard Stallman. Kontribusi GNU adalah dasar dari munculnya nama alternatif GNU/Linux.
Linux telah lama dikenal untuk penggunaannya di server, dan didukung oleh perusahaan-perusahaan komputer ternama seperti Intel, Dell, Hewlett-Packard, IBM, Novell, Oracle Corporation, Red Hat, dan Sun Microsystems. Linux digunakan sebagai sistem operasi di berbagai macam jenis perangkat keras komputer, termasuk komputer desktop,superkomputer, dan sistem benam seperti pembaca buku elektronik, sistem permainan video (PlayStation 2, PlayStation 3 dan XBox), telepon genggam dan router. Para pengamat teknologi informatika beranggapan kesuksesan Linux dikarenakan Linux tidak bergantung kepada vendor (vendor independence), biaya operasional yang rendah, dan kompatibilitas yang tinggi dibandingkan versi UNIX tak bebas, serta faktor keamanan dan kestabilannya yang tinggi dibandingkan dengan sistem operasi lainnya seperti Microsoft Windows. Ciri-ciri ini juga menjadi bukti atas keunggulan model pengembangan perangkat lunak sumber terbuka (opensource software).
Sistem operasi Linux yang dikenal dengan istilah distribusi Linux (Linux distribution) atau distro Linux umumnya sudah termasuk perangkat-perangkat lunak pendukung seperti server web, bahasa pemrograman, basisdata, tampilan desktop (desktop environment) seperti GNOME, KDE dan Xfce juga memiliki paket aplikasi perkantoran (office suite) seperti OpenOffice.org, KOffice, Abiword, dan Gnumeric.
Read more...

Cetak SDM IT Indonesia: Kuantitas atau Kualitas?

Indonesia kekurangan sumber daya manusia di bidang IT, menurut pengamatan Prof Dr. Richardus Eko Indrajit, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer. Mari kita cermati lebih dalam dasar pengamatan tersebut dan solusi yang ditawarkan.

Indrajit menyebutkan, teknologi baru lahir setiap 6 menit sehingga diperlukan banyak SDM untuk menyikapinya. Entah dari mana angka tersebut diperoleh, tapi teknologi memang bermunculan begitu deras. Dalam hal bahasa pemrograman saja, 15 tahun lalu jumlahnya bisa dihitung dengan jari misalnya: Java, C, C++, dan lainnya.

Tapi kurang dari satu dekade belakangan ini telah menjamur begitu banyak bahasa pemrograman dan framework baru, baik yang menjadi solusi problem-problem spesifik seperti: Ruby(Web), Spring(Enterprise); atau yang menyajikan paradigma baru seperti: Scala (functional programming) yang menggantikan paradigma saat ini yang berorientasi obyek (object oriented programming).

Namun cepatnya 'kelahiran' diiringi juga dengan cepatnya 'kematian' sebagian besar teknologi tersebut. Teknologi akan mati ketika dunia industri tidak mengadopsinya. Seperti baru-baru ini lahir JavaFX skrip, sebuah alternatif pengembangan GUI (Graphical User Interface) untuk platform Java yang pemakaiannya lebih mudah dari SWING.

Sedikitnya aplikasi industri yang menggunakan teknologi ini membuat Oracle akhirnya menghentikan dukungan pengembangannya. Dalam menyikapi teknologi baru praktisi IT tidak hanya harus mempelajarinya dengan cepat, tapi juga harus bisa meyakinkan klien yang membayar aplikasi yang dibuat dengan teknologi itu.

Jadi menurut saya kuncinya disini bukanlah kuantitas sumber daya, tetapi kesiapan sumber daya itu untuk memilih, menyerap dan mengaplikasikan teknologi yang datang dan pergi. Kuantitas teknologi tidak harus dijawab dengan kuantitas SDM.

Indrajit juga menyatakan IT belum memiliki standar keprofesian seperti dalam dunia medis. Para praktisi IT yang tergabung dalam komunitas Agile Alliance (agilealliance.org) juga menyatakan hal senada. Mereka berusaha menjawab persoalan kenapa begitu banyak proyek IT gagal, baik gagal dalam produksi maupun gagal mencapai suatu standar kualitas.

Meski sudah menggunkan prinsip yang telah sukses diterapkan dalam dunia manufaktur perangkat keras (hardware). Komunitas ini merumuskan pendekatan baru yang menfokuskan pada aspek 'lunak' dari software.

Software tidak berhenti berubah sesudah selesainya proses produksi, kode akan terus berevolusi seiring perubahan tuntutan bisnis. Kualitas suatu proyek pada akhirnya juga ditentukan oleh kualitas kode yang ditulis.

Kode yang berkualitas adalah yang mudah dipahami dan dikembangkan. Kesadaran ini melahirkan berbagai ranah baru yang mendorong penulisan kode berkualitas, seperti: Design Patterns, Refactoring dan sebagainya.

Sumber lain menyebutkan, setiap 199 dari 200 pelamar kerja pemrograman ternyata tidak bisa menulis program. Sebagian pelamar bahkan memiliki gelar S2 dan S3. Inilah isu yang diangkat oleh sebuah gerakan bernama Software Craftmanship, sebuah pendekatan yang menitikberatkan kemampuan programmer dalam menulis kode program.

Aspek 'lunak' dari software membuat penggiat Software Craftmanship menggali inspirasi dari aspek-aspek kreatif di dunia musik dan beladiri. Sebagai contoh, musisi tidak cukup hanya belajar teori musik, tapi dia juga harus berlatih berulang kali dengan instrumen yang ingin dikuasainya.

Contoh lain seorang karateka harus berlatih jurus secara berulang-ulang untuk membiasakan diri dengan suatu teknik. Sayangnya praktisi IT masih harus langsung terjun ke arena dengan hanya berbekal pemahaman teoretik yang didapat dari aktifitas belajar, tanpa cukup bekal kefasihan yang didapat dari aktifitas berlatih.

Coding Kata, sebuah situs yang beralamatkan di www.codekata.pragprog.com,  berusaha mengisi kekosongan aspek latihan tersebut. Coding Kata biasanya berupa sebuah problem pemrograman yang sudah dikenal dan sudah dipakai untuk latihan secara individu atau kelompok.

Karena problem dan solusinya sudah diketahui, programer bisa melatih aspek-aspek lain seperti penguasaan tools, kualitas kode, prinsip-prinsip desain dan sebagainya. Selain itu mulai merebak pula Coding Dojo, yaitu suatu forum pertemuan para programmer untuk berlatih bersama. Forum pertemuan ini melibatkan peserta secara aktif, ketimbang hanya mendengarkan ceramah secara pasif.

Alangkah baiknya bila aspek latihan tersebut juga disadari dan diadopsi oleh kalangan pendidik dalam menyiapkan strategi pengembangan SDM. Tidak cukup hanya memberikan teori, dan membiarkan mahasiswa berlatih dengan caranya sendiri. Latihan perlu diarahkan, baik dari segi output nya maupun segi prosesnya.

Lulusan yang kuat dalam segi teoretik dan terampil dalam segi praktis akan lebih cepat produktif dalam menjawab tantangan yang dipaparkan Indrajit sebelumnya. Fokus untuk meningkatkan kuantitas SDM IT di Indonesia selayaknya dibarengi juga dengan fokus untuk meningkatkan kualitas baik secara individu maupun secara kolektif di kalangan seprofesi.
Read more...

Teknologi Informasi

Teknologi Informasi dilihat dari kata penyusunnya adalah teknologi dan informasi. Secara mudahnya teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas penyebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.

Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa adalah teknologi, bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja, yaitu hanya pada saat si pengirim menyampaikan informasi melalui ucapannya itu saja. Setelah ucapan itu selesai, maka informasi yang berada di tangan si penerima itu akan dilupakan dan tidak bisa disimpan lama. Selain itu jangkauan suara juga terbatas. Untuk jarak tertentu, meskipun masih terdengar, informasi yang disampaikan lewat bahasa suara akan terdegradasi bahkan hilang sama sekali.

Setelah itu teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar. Dengan gambar jangkauan informasi bisa lebih jauh. Gambar ini bisa dibawa-bawa dan disampaikan kepada orang lain. Selain itu informasi yang ada akan bertahan lebih lama. Beberapa gambar peninggalan zaman purba masih ada sampai sekarang sehingga manusia sekarang dapat (mencoba) memahami informasi yang ingin disampaikan pembuatnya.

Ditemukannya alfabet dan angka arabik memudahkan cara penyampaian informasi yang lebih efisien dari cara yang sebelumnya. Suatu gambar yang mewakili suatu peristiwa dibuat dengan kombinasi alfabet, atau dengan penulisan angka, seperti MCMXLIII diganti dengan 1943. Teknologi dengan alfabet ini memudahkan dalam penulisan informasi itu.

Kemudian, teknologi percetakan memungkinkan pengiriman informasi lebih cepat lagi. Teknologi elektronik seperti radio, televisi, komputer mengakibatkan informasi menjadi lebih cepat tersebar di area yang lebih luas dan lebih lama tersimpan.
Read more...